Akhiri Multikrisis Generasi Tik Tok, Beginilah Solusinya

Gambar : Sinar Harapan


Oleh : Erna Wulandari, S. P. (Konsultan Masalah Remaja) 

“Krisis”, itulah kata yang tepat untuk menggambarkan keadaan yang sangat parah tengah menimpa remaja kita. Kelakuan fans fanatik dari seorang remaja yang bernama Bowo Alpenliebe - yang mendadak viral gara-gara unggahan video Tik Tok-nya - membuat kita yang melihatnya sampai mengusap dada. Para fans Bowo rela merogoh kocek sebesar Rp 80 ribu hingga Rp 100 ribu per orang agar bisa hadir di acara Meet and Greet yang digelar oleh tokoh idolanya tersebut. Dan yang tak habis pikir, ada yang sampai menulis di caption instagramnya bahwa dia rela menjual ginjalnya untuk mendapatkan uang agar bisa bertemu Bowo. Bahkan yang membuat miris, ada juga remaja yang rela keperawanannya pecah oleh Bowo. Dan yang lebih parah, mereka rela menuhankan Bowo dan menjadi umatnya. Astaghfirullahal ‘adzim, naudzubillaahi min dzalik.

Fenomena Bowo ini menunjukkan telah terjadi multikrisis (bukan hanya satu krisis) yang menimpa generasi muda kita. Berawal dari ketidaktahuan siapa yang berhak untuk dijadikan idola berimbas pada krisis lainnya. Krisis moral sangat jelas terjadi ketika mereka dengan tanpa rasa malu berujar soal keperawanan (zina). Rasa malu sepertinya sudah hilang pada diri fans fanatik Bowo yang terlihat dari unggahan foto mereka bersama idolanya, padahal mereka menggunakan hijab. Bahkan ketika mereka berujar menuhankan Bowo dan bersedia jadi umatnya, jelas ini merupakan krisis aqidah akibat ketidakpahaman akan agama. 

Kondisi multikrisis ini jelas tidak bisa dibiarkan karena sudah sedemikian parah dan bahayanya. Kebahayaannya sangat jelas karena generasi muda adalah calon-calon pemimpin masa depan. Lantas, apa yang bisa diharapkan dari calon pemimpin jika aqidah Islamnya tidak lurus, akalnya tidak jernih dalam memilih mana perbuatan yang baik/buruk dan bermanfaat/ tidak bermanfaat, bahkan urat malunya sudah hilang? Walhasil, generasi muda yang ada bukannya menjadi sosok yang akan melanjutkan estafet kepemimpinan, tapi menjadi generasi pesakitan dan pembebek yang tidak memiliki kepribadian Islam yang kuat.  Multikrisis ini harus segera diakhiri dengan cara memberikan pemahaman Islam melalui pembinaan yang berpengaruh, yaitu kajian keislaman yang memberikan pemahaman Islam secara kaaffah. Untuk itu, diperlukan sinergisitas dari semua pihak, yaitu orang tua, masyarakat, dan negara yang bertanggung jawab atas pelaksanaannya.

Keluarga merupakan benteng pertama dalam melakukan pembinaan keislaman terhadap anaknya dengan menancapkan aqidah dan adab dalam diri anak-anak sejak dini. Dengan pembinaan tersebut diharapkan tidak akan muncul generasi yang krisis idola karena mereka tahu yang berhak menjadi idola hanya Rasulullah ﷺ. 

”Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat, dan dia banyak menyebut Allah. (TQS.al-Ahzab:21)

Dengan penancapan aqidah dan adab yang kuat akan terciptalah generasi berkualitas yang memiliki kejelasan visi hidup untuk apa ia diciptakan dan bagaimana ia mengisi hidupnya.

Masyarakat pun harus menjadi pengontrol bagi generasi dan ikut serta dalam dakwah membina generasi muda serta mendorong mereka untuk tetap berada di rel keterikatan terhadap hukum syara. Sedikit saja ada yang melenceng, maka masyarakat dengan sigap dan kritis akan meluruskan. Jika hal tersebut secara konsisten dilakukan, maka insya Allah berbagai penyimpangan yang dilakukan oleh remaja dapat ditekan, bahkan diberantas. 

Adapun negara sebagai benteng terakhir memiliki tanggung jawab menciptakan suasana kondusif bagi pelaksanaan proses pembinaan kepada generasi muda. Negara tidak boleh abai terhadap hal-hal yang bisa merusak generasi muda, apalagi yang berdampak pada rusaknya aqidah dan akhlak. Negara pun harus memastikan bahwa proses pembinaan terhadap generasi muda berjalan dengan baik, misalnya dengan memberikan fasilitas yang terbaik dan apresiasi terhadap remaja yang rajin melakukan kajian.
Namun sangat disayangkan, kondisi yang ada sekarang menunjukkan bahwa negara abai, bahkan menjadi pihak yang melakukan monsterisasi terhadap kegiatan pembinaan keislaman ini dengan proyek deradikalisasinya. Walhasil, remaja semakin takut untuk mengkaji Islam dan justru mereka berbondong-bondong melakukan aktivitas yang tidak bermanfaat dan merusak. 
Semoga dengan fakta generasi Tik Tok ini menyadarkan kita semua bahwa sistem hidup saat ini, yaitu sistem demokrasi dengan ajaran kebebasan bertingkah lakunya, telah menyebabkan multikrisis pada remaja kita. Saatnya bagi kita untuk membuang sistem demokrasi yang rusak dan merusak dan kembali kepada sistem Islam, yaitu sistem yang berasal dari Rabb Pencipta manusia dan seluruh alam. Wallahu'alam bishshowab.[]


Dibagikan oleh ibu Dian Andriani
Sumber Suara Muslimah Jabar

2 comments:


  1. Admin numpang promo ya.. :)
    cuma di sini tempat judi online yang aman dan terpecaya di indonesia
    banyak kejutan menanti para temen sekalian
    cuma di sini agent judi online dengan proses cepat kurang dari 2 menit :)
    ayo segera bergabung di fansbetting atau add WA :+855963156245^_^
    F4ns Bett1ng agen judi online aman dan terpercaya
    Jangan ragu, menang berapa pun pasti kami proseskan..
    F4ns Bett1ng

    "JUDI ONLINE|TOGEL ONLINE|TEMBAK IKAN|CASINO|JUDI BOLA|SEMUA LENGKAP HANYA DI : WWw.F4ns Bett1ng.COM

    DAFTAR DAN BERMAIN BERSAMA 1 ID BISA MAIN SEMUA GAMES YUKK>> di add WA : +855963156245^_^

    ReplyDelete
  2. "Selamat siang Bos 😃
    Mohon maaf mengganggu bos ,

    apa kabar nih bos kami dari Agen365
    buruan gabung bersama kami,aman dan terpercaya
    ayuk... daftar, main dan menangkan
    Silahkan di add contact kami ya bos :)

    Line : agen365
    WA : +85587781483
    Wechat : agen365


    terimakasih bos ditunggu loh bos kedatangannya di web kami kembali bos :)"

    ReplyDelete

Powered by Blogger.